Bid’ah, seperti kami katakan sebelumnya, adalah “tindakan
mengada-ada dalam beragama”. Karena, Islam menghendaki para pemeluknya
untuk menjalankan agama sesuai batas ketentuan yang telah diberikan dan
tidak mengada-ada. Untuk kemudian, mencurahkan energi kreatif mereka
untuk membuat kreasi baru dalam bidang-bidang keduniawian. Inilah yang
dilakukan oleh generasi salafus saleh.
Kalangan salaf menjalankan agama pada batas ajaran yang jelas telah
ada, dalam riwayat yang pasti dari Rasulullah saw. dan pada
sunnah-sunnah. Untuk kemudian, mereka mencurahkan segenap potensi dan
energi mereka untuk berkreasi dan bekerja untuk memperbaiki kehidupan
duniawi.
Dalam biografi Umar Ibnul-Khaththab r.a., Anda akan menemukan banyak
hal yang dikenal dengan awwaliyyaat Umar ‘pioniritas Umar’. Yaitu, ia
adalah orang yang pertama kali mengadakan sistem administrasi di negara
Islam, yang pertama kali membangun kota-kota terpadu, pemimpin yang
pertama kali mengadakan investigasi langsung kepada rakyat, dan
lain-lain.
Ada kitab yang berjudul al-Awaail ‘Hal-Hal yang Pertama’ atau
apa-apa yang pertama kali dibudayakan oleh kalangan salaf. Para sahabat
telah menciptakan banyak kreasi untuk menciptakan kemaslahatan bagi kaum
muslimin.
Dan, makna ‘mengada-ada’ adalah hal itu tidak mempunyai sumber dalam
syariat. Asal kata bid’ah adalah diambil dari kata bad’a dan ibtada’a,
yang bermakna ‘menciptakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya’.
Oleh karena itu, Al-Qur’an mendeskripsikan Allah SWT sebagai, “Allah
Pencipta langit dan bumi.” Artinya, Allah SWT menciptakan langit dan
bumi dari nol, tanpa adanya contoh sebelumnya.[22]
Membuat bid’ah adalah menciptakan ajaran agama yang tidak ada
aturannya dari Rasulullah saw., juga dari Khulafa ar-Rasyidin, yang
diperintahkan kepada kita agar mengikuti sunnah mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar