Jumat, 09 Desember 2011

SI PENCURI & SI ABID (AHLI IBADAH)

Di zaman Nabi Musa a.s. ada seorang hamba Allah yang pekerjaannya mencuri. Sudah 40 tahun dia mencuri. Suatu hari, dia melihat Nabi Musa a.s. sedang berjalan. Terlintas di hatinya untuk berjalan bersama Nabi Musa a.s. Katanya; “Kalau aku berjalan bersama Nabi Musa, mudah-mudahan ada juga keberkahan untukku.”

Tetapi setelah beberapa saat dia berfikir, dia tidak jadi melangsungkan niatnya itu. Dia berkata, “Aku ini pencuri. Mana layak pencuri macam aku ini berjalan bersama seorang nabi.” Beberapa saat kemudian, dia melihat seorang abid berlari-lari hendak mengejar Nabi Musa a.s. dari belakang. Si abid ini telah beribadah secara istiqamah selama 40 tahun dan dikenal orang. Si pencuri itu berkata di dalam hatinya, “lebih baik aku berjalan bersama si abid ini. Moga-moga ada juga kebaikkan untukku.”

Lantas si pencuri menghampiri Si abid dan meminta kebenaran untuk berjalan bersamanya. Ketika melihat Si pencuri, Si abid terkejut dan terus merasa takut. Dia berkata di dalam hatinya, “Celaka aku! Kalau Si pencuri ini berjalan bersamaku, takut-takut nanti rusak segala kebaikan dan amalanku.”

Si abid terus berlari supaya Si pencuri tidak dapat mengikutinya. Si pencuri tadi terus mengikut Si abid karena hendak berjalan bersamanya. Akhirnya keduanya sampai bersama-sama kepada Nabi Musa a.s.

Nabi Musa a.s. terus bersabda kepada mereka berdua, “Aku baru saja mendapat wahyu dari Allah Ta'ala supaya memberitahu kalian berdua bahwa segala amalan baik dan buruk kamu telah dimansuhkan (dihapus) oleh Allah.” Maka terkejutlah Si abid dan Si pencuri tadi. Berbahagialah Si pencuri karena segala dosanya mencuri selama 40 tahun telah diampuni oleh Allah. Celaka dan bersedihlah Si abid karena segala amalan dan ibadahnya selama 40 tahun telah ditolak dan tidak diterima oleh Allah.

Rupa-rupanya Si pencuri itu, walaupun kerjanya mencuri, dia tidak suka akan perbuatannya itu. Dia miskin dan tanggungannya banyak. Masyarakat ketika itu sudah rusak dan orang kaya enggan membantu fakir miskin. Dia mencuri karena terpaksa. Karena itu, setiap kali dia mencuri, dia amat merasa bersalah dan berdosa. Jiwanya tersiksa dan menderita. Selama 40 tahun dia menanggung rasa berdosa dan selama itu pula jiwanya berat menanggung derita. Selama 40 tahun hatinya merintih meminta belas kasihan, ampunan dan mengharapkan kasih sayang Allah.

Begitupun Si abid, amat yakin ibadahnya mampu menyelamatkannya. Dia yakin ibadahnya akan dapat membeli Syurga. Setiap kali dia beribadah, dia rasa dirinya bertambah baik. Setiap kali dia beribadah, dia rasa dirinya bertambah mulia. Selama 40 tahun Si abid ini mendidik hatinya supaya merasa lebih baik dan lebih mulia setiap kali dia melakukan ibadah. Hingga dia rasa tidak layak bergaul dan berjalan bersama orang yang hina dan berdosa. Dia rasa dia hanya layak berjalan bersama para Nabi.

Maha Suci Allah yang mengetahui segala isi hati manusia. Yang tidak melihat akan amalan-amalan lahir tetapi apa yang ada di dalam hati. Yang menilai hamba-Nya sesuai apa yang dilakukan oleh hamba-Nya dan tidak lebih dari itu. Yang menguji manusia dengan kesusahan dan nikmat untuk mengetahui siapa di kalangan hamba-hamba-Nya yang bersabar dan tidak sombong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar